Sebuah
teori merupakan penyataan abstrak yang membangun sebuah pemahaman atau
penjelasan dari sesuatu yang diamati pada dunia sosial (Miller: 2005). Teori
merupakan susunan yang diciptakan oleh peneliti melalui suatu penelitian yaitu
pengamatan terhadap fenomena dalam dunia.
Teori adalah
peta dari realitas (Em Griffin dalam Nastasia dan Rakow: 2010). Kebenaran yang
digambarkan teori merupakan fakta obyektif yang ada di luar sana atau makna
subyektif yang ada dalam pikiran kita.
Miller memaparkan
bahwa teori mengandung beberapa hal berikut ini. Pertama teori merupakan
deskripsi dari fenomena dari dunia sosial. Kedua, teori mengandung
hubungan-hubungan dari fenomena yang ada. Ketiga yaitu teori mendasari alur
cerita abstrak yang mendeskripsikan mekanisme kerja dari hubungan. Dan yang
keempat teori mengandung hubungan antara alur cerita dan fenomena yang
diobservasi dan hubungan.
Setiap
teori baik eksplisit maupun implisit memasukan asumsi-asumsi mengenai sifat
pengetahuan dan bagaimana hal itu diperoleh, apa yang mendasari keberadaannya
dan apa yang berharga (Littlejohn: 2009).
Teori
mengandung asumsi filosofis epistemologi, ontologi dan aksiologi. Epistemologis
berarti teori merupakan pengetahuan yang berasal dari pengetahuan tentang
dunia. Teori disusun dari apa yang peneliti pikirkan tentang pengetahuan dan
bagaimana peneliti memikirkan pengetahuan itu didapatkan, sehingga menentukan
apa yang peneliti temukan.
Sedangkan ontologi
adalah filosofi yang menyangkut sifat makhluk hidup. Pusat dari ontologi adalah
sifat interaksi sosial manusia. Hal ini berkaitan dengan empat hal penting
yaitu tingkatan manusia membuat pilihan yang nyata, kedua perilaku manusia yang
dipahami dalam bentuk keadaan atau sifat, ketiga pengalaman manusia baik secara
individu maupun sosial dan kempat pada konteks.
Sementara
itu aksiologi merupakan filosofi yang berhubungan dengan nilai-nilai dari
penelitian. Nilai –nilai tersebut merupakan panduan penelitian dan implikasi
terhadap hasil penelitian.
Dengan
demikian teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya
hubungan di antara konsep-konsep yang membantu kita memahami suatu fenomena. Seperti
yang dipaparkan oleh Littlejohn dan Foss (2005) bahwa sistem yang abstrak ini
diperoleh dari pengamatan yang sistematis.
Fungsi
dari teori adalah untuk menyelesaikan masalah (Bernard Cohen dalam Miller:
2005). Teori juga dapat digunakan untuk menyelesaikan beberapa masalah yang ada.
Oleh
karena teori yang berasal dari fenomena yang ada dan terdiri dari konsep-konsep
untuk memahami fenomena maka bagi manusia teori-teori membantu untuk dan dalam
memahami atau menjelaskan fenomena yang kita amati dalam dunia sosial. Teori
merupakan alat atau cara yang menjadikan masuk akal dalam kehidupan sosial.
Referensi:
Miller,
Katherine. 2005. Communication Theories:
Perspectives, Processes And Contexts. Chicago: McGraw Hill.
Nastasia, Diana lulia. Rakow, Lana F. 2010. What is
Theory?
Puzzles and Maps as Metaphors in Communication Theory. Tripel C.
www.triple-c.at/index.php/triplec/article/download/137/158 Diakses Rabu, 31 Agustus 2016 Pk.
15.25
Littlejohn,
Stephen W. Foss, Karen A. 2009. Theories
of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.
Littlejohn,
Stephen W. Foss, Karen A. 2009. Encyclopedia of Communication Theory. Sage
Publishing.