Komunikasi merupakan suatu
keilmuan yang dapat dilihat secara luas. Para peneliti akan menemui kesulitan
saat pembahasan mengenai komunikasi jika adanya ketidaksepakatan dalam melihat
komunikasi itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya ukuran, ketajaman atau
lokasi yang tepat pada wilayah komunikasi itu sendiri.
Terdapat banyak, ratusan teori-teori
komunikasi yang ada dan semua itu relevan terhadap kehidupan sehari-hari. Namun
menurut Craig dalam Griffin (2000) akan sangat membingungkan jika kita memaksa
mencari sebuah pandangan grand theory
yang membawa semua studi komunikasi kepada satu fokus.
Oleh karena itu Craig berpendapat
bahwa teori komunikasi merupakan wilayah yang koheren ketika ingin memahami
komunikasi sebagai disiplin secara praktik. Robert Craig mengembangkan satu
model yang memfasilitasi kemampuan kita untuk merefleksi pada bidang komunikasi
untuk mengkomunikasikan tentang proses komunikasi manusia
Craig kemudian membagi komunikasi
ke dalam tujuh wilayah yaitu tujuh tradisi yang dapat digunakan sebagai
pendekatan yang dapat digunakan para peneliti untuk mempelajari masalah dan
praktik komunikasi. Tujuh tradisi tersebut merupakan akar dari wilayah
teori-teori komunikasi sehingga mengelompokan teori-teori komunikasi yang ada.
Tradisi Sosio-psikologis.
Tradisi ini memiliki tujuan yang
mengkaji manusia sebagai makhluk sosial. Teori-teori tradisi ini berfokus pada
perilaku sosial individu, variabel
psikologis, efek individu, kepribadian dan sifat, persepsi serta
kognisi. Tradisi ini diasosiasikan dengan ilmu komunikasi. Pemikiran pada
tradisi sosiologis melihat proses bagaimana manusia sebagai individu memroses
pesan.
Tradisi Sibernetika.
Tradisi sibernetika merupakan
tradisi sistem-sistem kompleks yang didalamnya banyak orang saling
berinteraksi, memengaruhi satu sama lain. Dalam sibernetika, komunikasi
dipahami sebagai sistem bagian-bagian atau variable-variabel yang saling
memengaruhi satu sama lainnya, membentuk, serta mengontrol karakter keseluruhan
sistem, dan layaknya organisme, menerima keseimbangan dan perubahan.
Tradisi Retorika
Tradisi ini memberikan penekanan
pada bagaimana menciptakan pesan untuk
audiens. Retorika berkaitan dengan praktik pidato yang menggunakan simbol dalam
melakukan persuasi.
Tradisi Semiotika
Tradisi semiotik merupakan
sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide,
keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.
Terdapat tiga kajian semiotik yaitu semantik, sintaktik dan pragmatik. Semantik
yaitu tentang bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang ditunjuknya atau
apa yang ditunjukan oleh tanda-tanda. Sintaktik adalah kajian hubungan di
antara tanda-tanda. Dan kajian pragmatik memperlihatkan bagaimana tanda-tanda
membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta
berbagai akibat dari pengaruh tanda pada kehidupan sosial.
Tradisi Sosiokultural
Tradisi sosiokultural memiliki
pendekatan cara pemahaman manusia terhadap makna, norma, peran, dan peraturan
yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi. Fokus tradisi ini adalah
pada bentuk-bentuk interaksi antar manusia yaitu proses dan tempat makna,
peran, peraturan, serta nilai budaya yang dijalankan.
Sudut pandang tradisi
sosiokultural dipengaruhi oleh paham interaksi simbolis, konstruksionisme,
sosiolinguistik, filosofi bahasa, etnografi dan etnometodologi.
Tradisi Kritis
Tradisi kritis memiliki pemahaman
bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan sosial. Pada tradisi ini, realitas
sosial mendasari para kritikus untuk mengangkat permasalahan yang ada sehingga
memberikan membuat pesan yang memberikan penekanan dalam masyarakat.
Tradisi Fenomenologi
Tradisi ini berpendapat bahwa
orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-pengalamannya dan mencoba
memahami dunia berdasarkan pengalaman pribadinya.
Referensi:
Griffin,
Em. 2000. A First Look at Communication
Theory. Chicago: McGraw Hill.
Littlejohn, Stephen W. Foss,
Karen A. 2009. Theories of Human
Communication. Jakarta: Salemba Humanika.
No comments:
Post a Comment